49 research outputs found

    Qur’anic Exegesis and Religious Moderation in South Sulawesi: The Law on Blasphemy to Gods of Non-Muslims in Islamic Law Perspective

    Get PDF
    As a country of various ethnicities, languages, and religions, religious moderation is a particularly crucial issue in Indonesia. This paper aimed to elaborate on the law on blasphemy to Gods of non-Islamic religions. The study included a phenomenological qualitative study using the approach of tafsir tahlili (analytical exegesis) and Islamic law. Data were collected by means of in-depth interviews with religious leaders, academicians, and community leaders in South Sulawesi, especially in the cities of Makassar, Barru, and Bone. In addition, literature review was used to refer to books of exegesis, journal articles, and other relevant references. Findings of the study revealed that religious moderation emphasized in the Qur’an is a teaching that promotes tolerant and peaceful relations. Ummatan wasaáč­an in the Qur’an could be understood as the people who are always in goodness and justice, show a commendable attitude, and do not easily criticize people nor blame other groups. The opinions of exegetes and field data have also suggested that interpretations of the Qur’an should prioritize a moderate understanding, as conflict might occur due to intolerant attitudes in Indonesia, a country with various religions. Textually understanding the verses of the Qur’an and hadith might also lead to radicalism and even terrorism. In the context of Islamic law, blasphemy towards the Gods of non-Muslims is haram (prohibited) because it may result in others insulting Allah and social conflict; avoiding conflict is a behavior that is in line with the aims of Islamic law (maqāáčŁid al-sharÄ«'ah). This study thus argues that religious moderation is a crucial attitude, as it can foster tolerance and mutual respect among religious people. Even though other people have different gods from the belief of Muslims, respect for such differences shall exist as directed by the Qur’an

    Berpuasa di Masa Pandemi Respons atas Problem Ibadah Puasa di Masa Pandemi Covid-19

    Get PDF
    Himbauan pemerintah untuk melaksanakan social distencing atau jaga jarak, memakai masker dan cuci tangan telah menjadi kehidupan dalam kenormalan baru (new normal). Dalam rangka mengikuti imbauan itu, di mana-mana masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat muslim, melakukan ibadah dari rumah. Ramadhan itu, tidak ada shalat tarawih di masjid, tidak ada buka puasa bersama di masjid, bahkan shalat jumat juga digantikan dengan shalat duhur berjamaah di rumah masing-masing. Suasana itulah yang kemudian memunculkan berbagai pertanyaan dari kalangan masyarakat. Umumnya, pertanyaan yang disampaikan masyarakat adalah persoalan fiqhiyah yaitu tata cara yang dituntunkan oleh syariah dalam beribadah di masa pandemi, atau bisa disebut dengan fikih pandemi. Itulah yang menjadi tantangan tersendiri karena menantang saya untuk tidak saja membuka kembali kitab-kitab fikih yang mu’tabarah, baik yang klasik maupun kontemporer, tetapi juga merestorasi kembali “ilmu santri” yang dulu pernah dikaji mengenai dalil-dalil dan kaedah ushul al-fiqh yang menjadi aksioma para ulama fikih dalam memproduksi hukum (istimbath alhukm)

    Berpuasa di Masa Pandemi. Respon atas Problem di Masa Pandemi Covid-19

    Get PDF

    Teknik Interpretasi Hadis Kitab Syarah Hadis : Kasus Kitab Fath Al-Bary Semester Gasal

    Get PDF
    Artikel ini merupakan pengantar memahami teknik-teknik interpretasi dalam kitab-kitab syarah hadis. Namun demikian, artikel ini hanya mengkaji kitab Fath al-Bary, suatu kitab syarah hadis yang sangat populer yang ditulis oleh pakar hadis abad ke-9 H. Istilah-istilah yang digunakan dalam mengidentifikasi teknik interpretasi merupakan adaptasi dari istilah yang digunakan juga dalam tafsir Alquran. Melalui analisis wacana (content analysis) maka artikel ini mengesankan bahwa sebagai kitab yang telah mendapat pengakuan, Fath al-Bary benar-benar adalah kitab yang tidak saja berhasil menyuguhkan pemahaman yang jelas sebagai referensi, tetapi juga berhasil menyuguhkan berbagai teknik-teknik interpretasi yang sarat dengan pendekatan-pendekatan ilmiah. Meskipun yang disebutkan hanya beberapa teknik interpretasi, penulis yakin masih banyak yang dapat digali dan dikenali bila menyelami lebih jauh

    Transformasi Metodologi Tafsir Lokal di Sulawesi Selatan

    Get PDF
    Kajian ini menjadi sangat strategis di saat kajian tafsir lokal masih sangat didominasi oleh khazanah tafsir dari wilayah barat Indonesia. Padahal, karya-karya tafsir al-Qur’an yang ditulis oleh ulama-ulama di Sulawesi Selatan tidak kalah produktif. Mereka sangat berjasa membawa karya tafsir mainstream Arab yang diperkenalkan melalui pesantren menjadi karya yang lebih menyatu dengan narasi-narasi lokalistik, terasa bagaikan al-Qur’an diturunkan di Tanah Bugis-Makassar. Menariknya, jika menelaah karya-karya tersebut akan ditemukan penyajian yang unik dan sangat manhaji (metodologik). Karya-karya tersebut dapat dikonstruksikan ke dalam perangkat metodologi modern, dari rumusan al-Farmawi hingga Hermeneutika ala AmÄ«n al-KhĆ«lÄ«

    Tafsir Al-Qur’an Berbahasa Bugis (tpEeser akor mbs aogi) Karya AGH. Abd. Muin Yusuf

    Get PDF
    This article discuss about the method of Qur’anic exegesis (Tafsir) written in local languages. For more focus on it, the article analyzes the method which is used by Anregurutta (an Islamic teacher) H. Abd. Muin Yusuf in his Tafsir, Tafsere Akorang Mabbasa Ogi (Qur’anic Commentary in Bugisnes Language), one of the famous Tafsirs which is written in local languages in South Sulawesi (Bugis-Makassar). It emerges some questions such as, do the local Tafsir has a different method from another Arabic Tafsirs? or is it just the same?. Based on those questions, the article tries to examine, by using the Exegetical Approach, the characteristics of method which is used in the Tafsere. After exploring with the content analysis, it is discovered that the writing style of the Tafsere imitated the style of al-Tafsir al-Wadhih written by Syekh Muhammad Mahmud Hijazi. Nevertheless, Anregurutta gave some modifications based on the other resources. What interesting thing in his work is the decision made by Anregurutta to choose the moderation way in quoting different argumentation of understanding the Qur’an. As a result, the Tafsere gives an impression that every disagreement should be appreciated without tendencies to the certain mazhab (theological/law school). In addition, the Anregurutta unclearly supported to one of or both al-tafsir bi al-ma’tsur (traditional commentary) and al-tafsir bi al-ra’y (rational commentery), even he smoothly compromised them in many places. However, the Tafsere is like an “untouchable treasure” because only a muslim who has master Lontara (Bugis Alphabet) can read it

    Fi Zhilal Al-Qur’an: Tafsir Gerakan Sayyid Quthub

    Get PDF
    Tafsir Fi Zhilal al-Qur'an adalah karya al-Syahid Sayyid Quthub, seorang pemikir Islam fundamentalis. Tafsir yang juga disebut Zhilal memiliki keunikan tersendiri karena ditulis selama penulisnya menjalani tahanan politik atas tuduhan makar oleh gerakan Ikhwan al-Muslimin. Apakah materi tafsir Zhilal terpengaruh oleh subyektifitas Quthub yang ketika itu dibawah tekanan penguasa Mesir? Pertanyaan inilah yang akan diuji dalam artikel ini melalui pendekatan sosio-politik dengan analisis wacana (content analysis). Berdasarkan metod tersebut ditemukan bahwa Sayyid Quthub adalah sosok yang selain produktif dalam menulis, juga aktif langsung dalam gerakan-gerakan dakwah dan politik. Radikalisme Quthub juga yang menggiringnya keluar masuk penjara hingga akhirnya divonis mati oleh pemerintah Mesir. Tafsir Fi Zhilal al-Qur’an digolongkan oleh para pakar tafsir ke dalam tafsir bercorak sastra dan sosial (al-adab al-ijtima‘i). Dan ternyata, tafsir yang ditulis oleh Sayyid Quthub begitu kental dengan pengaruhnya sebagai muslim militan dan radikal, serta pengaruh social politik ketika tafsir dituli

    Tafsir tentang Kesalehan: Mengurai Makna Kesalehan dari Teks Al-Qur’an Hingga Sosial-Politik

    Get PDF
    Melalui pengembangan kajian, tesis yang sebelumnya merupakan karya tafsir tematik tentang konsep kesalehan dalam al-Qur’an, telah meluas hingga ke ranah sosial-politik, terutama setelah peristiwa 9/11, 2001 yang memicu kajian radikelisme agama menjadi wacana global. Kesalehan, yang menurut al-Qur’an bermakna konstruktif, telah diseret ke dalam makna yang destruktif. Aksi terorisme atas nama agama telah mengaburkan makna kesalehan karena kekerasan yang dilakukan atas nama agama juga sebut tindakan kesalehan menurut pelakunya. Itulah yang mendorong penulis menggunakan analisis sosial-politik dalam melihat teks kesalehan di dalam alQur’an. Menurut penulis, mendiskusikan teks di dalam dunia teks sendiri bisa berimplikasi pada menjauhnya alQur’an dari realitas sosial-politik. Gagasan itulah yang menjadi diskusi panjang dengan advisor penulis selama setahun di The University of Melbourne, Australia

    IMPLIKASI PEMAHAMAN TAFSIR AL-QUR’AN TERHADAP SIKAP KEBERAGAMAAN

    Get PDF
    Aktivitas penefsiran al-Qur’an bukan sekedar implementasi metodologi untuk memahami kandungan al-Qur’an, tetapi dalam kenyataannnya, tafsir dapat berimplikasi terhadap sikap keberagamaan seseorang. Artikel ini mendiskusikan bagaimana kecenderungan pemikiran tafsir al-Qur’an terbaca dalam mengekspresikan keberagamaan masyarakat atau kelompok dalam Islam. Setidaknya, kesimpulan dari kajian ini adalah bahwa dari sekian banyak ragam penafsiran terhadap al-Qur’an, akhirnya dapat didudukkan pada dua mainstream yaitu penafsiran yang bersifat Skripturalis (formalistic) danpenafsiran yang bersifat Subtansialis (terbuka). Perbedaan tersebut, mungkin, sulit diidentifikasi pada level wacana karena keduanya merupakan akumulasi kecenderungan seorang penafsir yang mencakup motifasi, latar belakang intelektual dan wawasannya. Meskipun sulit diidentifikasi pada level wacana,sangat mudah dibedakan pada level praktis. Penafsiran Skripturalis umumnya mengekspresikan keberagamaan-nya dengan cara yang kaku dan formalistik, sementara Subtansialis umumnya lebih fleksibel dan esensialis. Sehingga, dalam memperjuangkan ideologinya masing-masing memberi warnayang berbeda

    Manguji Landasan Sunnah Pengamalan Tasawuf

    Get PDF
    Mengapa saya mengangkat masalah tasawuf? karena saya merenungi bahwa problem terbesar bangsa ini, bahkan kemanusiaan, adalah menipisnya self-control atau kendali dari dalam diri agar tetap dalam pertimbangan yang bijak dalam memandang dunia. Korupsi, Narkoba dan Lingkungan Hidup adalah tiga di antara banyak contoh persoalan baangsa yang hingga detik ini masih menjadi sorotan seolah-olah tak akan berujung. Maka spirit yang diperjuangkan oleh tasawuf adalah solusi yang tepat untuk dilakonkan. Apakah semua jenis dan level ajaran tasawuf baik untuk diikuti? di sanalah persoalan berikutnya, mengapa landasan normatifnya mesti diverifikasi
    corecore